Friday, February 19, 2016

Ritual dan Hal mistis pendakian gunung bawakaraeng


Gunung yang  memiliki kisah mistis ini kerap menciutkan mental para pendaki untuk melanjutkan perjalannya, seperti yang dikatakan teman kami kk Akbar,  mereka harus batal mencapai puncak karna salah satu temanya menjumpai hal-hal mistis seperti melihat  raksasa di tengah hutan jalur pendakian,  tidak diragukan bagi sebagian besar pendaki sangat percaya dengan hal mistis yang kuat di pegunungan ini.

Sekitar ±jam 6 sore, tgl 7 februari 2016  kami sudah mencapai puncak tertinggi di  kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan 2830 Mdpl dan triangulasi sekitar jam 11 siang tgl 8 februari 2016


G. Bawakaraeng salah satu gunung yang sangat di kagumi keindahannya dengan proses luar biasa menggapai puncaknya, Gunung bawakaraeng dalam bahasa Makassar berartikan "Mulut Tuhan atau Raja" terletak di kecamatan tinggimoncong kabupaten gowa.

Gunung yang mempunyai jalur panjang dengan 10 pos serta tanjakan yang dapat menguji tangguhnya lutut kami. Terletak di desa lembanna sebagai titik awal perjalanan menujunya. Dari pos 1 sampai pos 4 kita akan melewati pepohonan pinus dan jalur yang menanjak dengan sedikit jalan yang landai,serta aliran sungai-sungai kecil di jalur pendakian berhias pepohonan dan hutan lebat.

Dari jalur pos 1 sampai pos 4 ada terselip satu hal mistis yang sudah menjadi santapan kisah  bagi para pendaki yaitu bunuh dirinya seorang wanita pendaki di pohon besar di pos 3. Dan inilah alasannya kami tidak terlalu berleha-leha standar 2 duduk manis di pos 3 , "jalan yuuk " kata itu beberapa kali terdengar dari mulut kk Tasya yang hapal betul dengan hal mistis ini, sedang sy asyik mengganti baterai headlamp tanpa peduli kode keras dari kk Tasya karna memang tidak tau adanya hal mistis tersebut hahaaha, besar rasa syukur saya sebelum mendaki G.bawakaraeng, saya tidak menyempatkan mencari tahu tentang detail gunung bawakareng tapi hanya mencari tahu tentang jalur-jalur dan gambaran setiap posnya, memaklumi ini adalah pendakian pertama saya di G.Bawakareng, bahkan Selama berada di pos 3 tak terlintas di pikiran sy tentang kisah mistis itu, di pos 3 sy hanya menikmati pemandangan malam mengagumkan dengan pohon-pohon yang memiliki warnah putih terang pada sebagian batangya.

lepas dari kisah mistis pos 3, kami sampai di pos 5 Sekitar jam 11, pos 5 seperti lapangan luas ,pos ini beratap langit dengan tumbuhan rumput lebat ,pos yang cukup luas untuk dijadika tempat camp cadangan bagi pendaki yang terlalu larut atau sudah keletihan menuju pos 10.
dari pos 6 saya mulai merasakan perjuangan dan pendakian yang benar-benar mendaki,menanjak terjal serta perjalanan yang ditemani dengan hujan dan jalur yang becek, dipos ini kami melewati bekas kebakaran 2015 yang lalu.

Walau mendapat beberapa jalan yang landai tapi tak cukup semenit berjalan, kaki akan menapaki tanjakan terjal lagi dan lagi,  di pos 6 menuju pos 7ditumbuhi pepohonan berbalut lumut tebal atau hutan lumut yang sangat indah sampai waktu tidak terasa mencapai pos selanjutnya, walau indah tapi tetap pos 6 akan meningalkan rasa berat pada lutut,betis, dan paha.

Di pos 7 bisa saya katakan adalah tempat terindah diantara pos-pos lainya, dimana kamu bisa melihat keindahan gunung dengan pemandangan terbuka beratap langit tanpa pepohonan dr atas tebing-tebing batu, di pos ini seperti memberi energi positif dan semangat lebih untuk mencapai puncak.

Pos 8,9 dan puncak
Perjalanan jalur 8 akan sangat memanjakanmu dengan turunan dan jalur landai, ditengah pos 8 ini pula terdapat aliran air dengan bebatuan besar yang membelah jalur, diantara pos-pos lainya pos 8lah yang sangat jauh dan kadang memberimu rasa dilema dengan  extra Full tanjakan menuju pos 9,  


Lepas dari jalur air yang membelah, sy bisa menandakan bahwa disinilah mental, keyakinan mendaki dan energi pendakian yang benar -benar terasa penuh  perjuangan dan ngos -ngosan  dari pos 8 dan 9 sampai puncak jalur akan membuatmu tahu akan rasanya berjuang menanjak dan menajak.





Pos 9 dan puncak,
Kami sampai  jam ±6 di pos 10, dengan kata lain kami hanya bisa menikmati sunset dari jalur pos 9 menuju puncak, intinya sih kami tdk mendapatkan sunset di puncak.

Malam semakin larut, tenda disegerakan terbangun, berhubung dingin mulai mengerogoti badan, benar saja salah satu teman kk tasya kedinginan, dan harus benar-benar dihangatkan agar terhindar dari hypotermia, semakin malam semakin ber-rasalah keseruan pendakian kami, ikan kering asam dan sayur pete ala kk Jiet menutup malam panjang kami.
Jam 11siang kami triangulasi di puncak G.Bawakareng, namun 1 teman memilih untuk tdk ikut kk Jiet lebih memilih menjaga barang sedang kami naik di puncak triangulasi, bukan tanpa alasan kk Jiet ternyata sudah lebih dulu triangulasi pagi-pagi hari dan membawa turun kisah mistisnya sendiri dari puncak.

Jam 12 siang kami melanjutkan tujuan kami yaitu pulang kerumah dengan selamat, perjalanan pulang pos 8lah yang mejadi jalur perjalanan ngos-ngosan kami,lepas pos 8 hanya ada turunan, perjalanan pulang kami juga masi di temani oleh hujan yang lebat  mengharuskan kami berteduh sejenak di tenda pendaki lain di pos 5, tapi lama kelamaan berteduh sepertinya membuat kami kenikmatan beristirahat sampai akhirnya dingin mengerogoti badan, beberapa diantara kami sampai merasakan tangan membeku, melihat kodisinya kami memaksakan diri untuk bergerak dan  melanjutkan perjalanan dalam keadaan hujan serta jalur yang becek.
Lepas dari semua cerita  perjalanan ini ada 1 ritual bagiku yang spertinya wajib saya lakukan, di pos 2 jalur pendakian yang sepertinya tanjakan jalananya tidak main- main bagi saya karena di pos inilah mental saya diuji dengan berat beban yang sy bawa, dengan senang hati SB harus berpindah ke carrier kk Wilson dan matras ke sela-sela carrier kk Bones. Wajib ritualku sebaiknya dilain waktu untuk mendaki, SB sebaikya dioper sajalah.

sampai akhirnya kami kembali di lembanna sekitar jam berapaan sy lupa hehehe yang sy ingat hanya saat diperjalanan pulang, sy singgah di pasar malino membeli tenteng ( makanan khas dari malino ) dan dapat gratisan beberapa pcsdari mbak-mbak penjualnya.

keseruan pendakian kali ini tidak akan hilang begitu saja, cerita yang terselip diantara perjalan ini mungkin susah untuk kita lupa, dari cerita tentang  'Rasa apa yang ada?, pada sosis jagung walau pada saat pendakian dengan rasa lapar tetap tidak diminati, tapi saat di olah jadi bakwan sosis malah laris manis habis tak tersisa' Dan tentang 'Aroma masakan  kornet goreng tepung di pagi hari dari tenda kami yang tercium sejauh beberapa meter" dan cerita dimana sebagian dari kami terpaksa membuka sebungkus mie instan sebagai penganjal perut padahal pos terakhir tersisa 10 meter lagi , tentang  Tawa kita yang menemani sepanjang perjalanan saat hujan yaitu warna mantel, 'Warna hijau sebagai penjual ikan, warna mantel biru sebagai pejual sayur dan mantel warna kuning yang siap disiraaam (eek)'. hahahahah. Dan saya penasaran tentang mereka sang lelaki -lelaki tangguh yang bisa menembus batas jalur dari pos ke pos tanpa rehat meminum kopi!?, cerita tentang  puding dan vla cair berwarna putih pekat buatan kk tasya sebagai penganjal perut perjalanan ke pos 9 sebagai penganti air minum. Serta mitos boker or eek di puncak yang membuatmu kembali lagi ke G.Bawakareng.  Dan  pertanyaan ("Aroma ikan keringta tadi malam itu? nitip salam dong kakak untuk yang goreng ikanya") yang dilontarkan dari kakak cowok pendaki lain, padahal pengoreng ikan keringnya adalah kk Widwar Hahaha ini sy sendiri si yang alami.dan  Rasa penasaran sy tentang dipos mana batu kotak yang dipenuhi batang rokok, sy lihat tapi tidak tahu berada dipos berapa?.



Terimah kasih kalian yang ada diperjalanan ini , kalianlah yang  terbaik ulululululuu,

 kk Rijal, kk Gilang, kk Bones, kk Jiet, kk Widwar, kk Wilson, kk Muttar, kk Gi, kk Tasya dan aku, diperjalanan ini kk Rijal lah yang kami andalkan mengingat jalur.





3 comments:

TaShya Uneputty said...
This comment has been removed by a blog administrator.
Smart traveling indonesia said...
This comment has been removed by the author.
Smart traveling indonesia said...
This comment has been removed by the author.